Mengenal Suku Dayak, Asal Usul Hingga Kepercayaan nya!

Mengenal suku dayak

Indonesia kaya akan keberagaman suku-suku yang mendiami di berbagai daerah dan salah satunya adalah Suku Dayak yang hidup di Kalimantan.

Nama suku daya sendiri berasal dari kata “daya” memiliki kesamaan dengan kata “raya” seperti dalam nama “Toraya” yang mengandung arti “orang yang berada di atas, orang yang berada di hulu”.

Di Kalimantan, selain dari suku Dayak, terdapat tujuh suku pribumi lainnya, seperti Banjar, Melayu, Kutai, Paser, Berau, dan Tidung. Mayoritas penduduk di Kalimantan adalah suku Dayak dan Banjar. Etnis Dayak sendiri terdiri dari beberapa sub-suku yang berbeda.

Asal Usul suku dayak

suku dayak
@pagaralampos.disway.id/

Banyak sumber yang membahas mengenai asal usul suku dayak, diantaranya dari jurnal pendidikan sosial volume 3 nomor 2 tahun 2016, dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa sebutan dayak adalah panggilan untuk masyarakat asli bagi penduduk pulau kalimantan.

Suku dayak berasal dari kalimantan, akan tetapi suku ini dapat dijumpai di beberapa wilayah malaysia yaitu sabah dan sarawak. 

Berdasarkan sumber dari kemendikbud, Coomans (1987), dalam teori nya yang diperkuat oleh inoue (1999) menyatakan bahwa Suku Dayak memiliki asal-usul sebagai keturunan imigran dari Provinsi Yunnan, China Selatan, dan paling utama berasal dari wilayah seputar Sungai Yangtse Kiang, Sungai Mekong, dan Sungai Menan.

Sejumlah imigran dari kelompok ini berani menyeberangi semenanjung Malaysia dan sampai di bagian utara Pulau Kalimantan. 

Selain itu, ada penjelasan menarik dari seorang tokoh terkemuka dari suku Dayak Kayan bahwa Suku Dayak sebenarnya berasal dari Indocina dan bermigrasi ke Indonesia pada abad ke-11.

Berdasarkan sejarah, dahulu suku dayak memiliki sebuah kerajaan yang dibangun sendiri, akan tetapi kerajaan tersebut mengalami keruntuhan akibat dihancurkan oleh kerajaan majapahit, Akibat peristiwa itu, mayoritas masyarakat dayak menjadi menyebar ke berbagai wilayah.

Setelah kejadian tersebut sebagian banyak yang memeluk agama Islam dan kemudian mengadopsi identitas sebagai orang “Melayu” ataupun “Banjar”. 

Sementara itu, sebagian yang tetap mempertahankan kepercayaan lama mereka, melanjutkan perjalanan menelusuri sungai, hingga akhirnya memasuki wilayah pedalaman Kalimantan.

Ciri-Ciri Suku Dayak

suku dayak
@paragram.id

Hasil budaya yang dapat diamati hingga saat ini mencerminkan ciri khas Suku Dayak. Meliputi rumah, pakaian, senjata, bahasa, kepercayaan, dan tradisi mereka.

Rumah Adat Suku Dayak

Rumah adat Suku Dayak bernama rumah betang, seperti yang dikutip dari indonesia.go.id. Rumah tersebut juga dikenal dengan sebutan rumah panjang. Rumah adat tersebut tersebar di berbagai daerah di kalimantan, terutama di bagian hulu yang menjadi tempat tinggal utama Etnis Dayak.

Rumah Panjang umumnya berukuran sangat besar dan variasi ukurannya tergantung pada jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalamnya.

Ada beberapa rumah yang panjangnya mencapai 15 meter dengan lebar mencapai 30 meter. Rumah tradisional ini berdiri di atas tiang penyangga setinggi 5 meter dari permukaan tanah, membuatnya lebih tinggi daripada rumah adat lainnya di Indonesia.

Rumah Panjang dibangun dengan menjulang ke atas agar terhindar dari banjir yang sering terjadi di daerah hulu. di dalam rumah tersebut juga terdapat anak tangga yang dibuat ganjil sesuai dengan keyakinan orang dayak.

Beberapa suku Dayak meyakini bahwa menggunakan anak tangga dengan jumlah ganjil dapat membantu mendatangkan rezeki dan menjauhkan dari kesulitan.

Rumah ini menjadi tempat tinggal beberapa keluarga, setiap keluarga memiliki ruangan sendiri, selain sebagai tempat tinggal, Rumah Panjang juga berfungsi sebagai tempat diadakannya upacara adat. 

Karena itu, rumah ini bukan hanya dimiliki secara pribadi, tetapi menjadi milik seluruh masyarakat Suku Dayak.

Pakaian Adat Suku Dayak

Berdasarkan Catatan Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Volume 3 Nomor 2 Tahun 2016, pakaian adat Suku Dayak bagi kaum pria dan wanita mengusung identitas yang begitu khas dan berbeda.

Pakaian Baju Adat Laki-laki

Baju adat suku dayak yang biasa digunakan sehari-hari dikenal dengan sebutan busana King Baba, yang sudah menjadi ciri khas baju para pria Suku asal Dayak. Dalam bahasa setempat, King mengartikan pakaian, sementara Baba merujuk pada sosok maskulin.

Keunikan pakaian ini terletak pada bahan pembuatannya yang menggunakan kulit kayu ampuro atau kayu kapuo, tumbuhan langka endemik Kalimantan. Selain itu terdapat hiasan seperti ikat kepala dan seutas bulu burung enggang sebagai ciri khas kalimantan. 

Tambahan lainnya adalah perlengkapan tradisional berupa mandau dan perisai. Senjata-senjata ini umumnya digunakan saat bersiap untuk pertempuran. Inilah sebabnya pakaian adat Suku Dayak juga dijuluki sebagai pakaian perang.

Pakaian Adat Suku Dayak Wanita

Pakaian adat perempuan dihasilkan dari material serupa, tetapi didesain dengan kesederhanaan yang menarik. 

Ditambahkan elemen penutup dada, stagen, kain bawah, serta pernak-pernik seperti kaluk dan manik-manik, semuanya dipadukan dengan sentuhan khas berupa ornamen bulu burung enggang yang diposisikan anggun di bagian kepala.

Juga terdapat aksesoris seperti gelang tangan dari akar tanaman tengang, dan kalung yang terbuat dari akar kayu atau kulit hewan.

Pada masa lampau, pakaian adat Suku Dayak, baik pada pria maupun wanita, digunakan sehari-hari. Namun, karena bahan yang digunakan cenderung mengakibatkan rasa panas dan ketidaknyamanan, pakaian tradisional ini perlahan terlupakan. 

Di tengah arus perkembangan zaman, pakaian tradisional Suku Dayak mengalami penyesuaian dengan sentuhan budaya lain melalui proses akulturasi.

Berbagai ragam pakaian yang ada di kalangan masyarakat Dayak diantaranya:

  1. Indulu Manik
  2. Buang Kuureng
  3. Baulang Buri atau King Buri
  4. King Tompang 
  5. King Kabo

Bahasa Suku Dayak

Selain mempunyai keunikan dari segi rumah adat dan busana, suku dayak juga mempunyai bahasa yang khas. Di dalam keseharian mereka, komunikasi masyarakat Dayak menggunakan bahasa khas yang dikenal dengan sebutan bahasa Dayak.

Namun, ironisnya, bahasa yang mencerminkan identitas ini terancam kehilangan popularitasnya dalam kurun 20 – 30 tahun mendatang. Hery Budhiono dari Balai Bahasa Kalimantan Tengah menyuarakan keprihatinan ini kepada mediaindonesia.com.

Hery mengungkapkan bahwa risiko kepunahan tersebut timbul akibat kurangnya pengajaran bahasa daerah atau bahasa ibu kepada generasi muda. Di samping itu, penggunaan bahasa asing juga memiliki potensi untuk meredupkan keberadaan bahasa daerah tersebut.

Makanan Khas Suku Dayak

Tiap wilayah dan komunitas suku tentunya memiliki hidangan khasnya sendiri, tak terkecuali bagi masyarakat Dayak. 

Diantara hidangan khas Suku Dayak adalah Karuang, sebuah hidangan sayur yang terbuat dari singkong, lalu terdapat Wadi yang terbuat dari ikan, serta Jubu Singkah yang terbuat dari rotan muda yang diolah secara istimewa.

Tak ketinggalan, terdapat juga Kue Dange yang menjadi hidangan autentik khas Dayak dengan ciri yang istimewa. 

Hidangan ini dihasilkan dari parutan kelapa dan beberapa campuran adonan kue berbahan dari tepung dan gula. Kelezatannya begitu menggoda dengan tekstur yang renyah dan cita rasa yang gurih.

Tradisi Suku Dayak

suku dayak
@https://assets.ayobandung.com/

Masyarakat Suku Dayak yang masih menghuni di kawasan asal mereka tetap mempertahankan warisan adat yang memiliki kekayaan. 

Sejumlah tradisi yang mereka lestarikan memiliki keunikan tersendiri dan sering kali terlewat dari sorotan media. Lantas, apa sajakah tradisi-tradisi istimewa Suku Dayak ini? Berikut beberapa tradisi adat suku dayak.

Kaharingan

Suku Dayak punya keyakinan lama namanya Kaharingan. Ini lebih dari agama, juga tentang hubungan manusia dengan alam dan roh nenek moyang. 

Ada yang sekarang pindah agama jadi Buddhisme ala Tionghoa, jadi ada cerita menarik di sana. Ada juga yang jadi Muslim karena nikah sama Suku Melayu. Jadi, mereka punya cerita unik tentang agama dan budaya yang berbeda-beda.

Kwangkey

Dalam bahasa daerah setempat, Kwangkey diartikan sebagai membuang bangkai. Namun, makna yang ingin disampaikan adalah melepaskan diri dari kesedihan dan mengakhiri masa berduka.

Kwangkey atau Kuangkay itu seperti acara khusus adat Suku Dayak Benuaq, yang berada di daerah pedalaman Kalimantan Timur. Berasal dari dua kata, “ke” dan “angkey”, yang artinya melakukan dan bangka

Tari Gantar

Tari Gantar merupakan salah satu tarian tradisional khas Suku Dayak. Tarian tersebut pada umumnya diperagakkan oleh para pemuda dan pemudi dari Etnis Dayak Benuaq serta Dayak Tunjung yang berada di Kabupaten Kutai Barat.

Tarian Gantar memancarkan rasa sukacita dan keramahan yang begitu indah, menjadi sambutan hangat bagi tamu-tamu yang datang, entah mereka adalah para pelancong yang datang berkunjung atau tokoh-tokoh terhormat yang datang berkunjung. 

Tidak hanya itu, tarian ini juga memiliki makna yang mendalam dalam menyambut para pahlawan yang kembali dari medan perang. 

Tarian Gantar memiliki variasi yang menarik, terbagi menjadi tiga jenis yang berbeda: Gantar Rayat, Gantar Busai, serta Gantar Senak dan Kusak. Setiap jenis tarian menghadirkan keunikan dan pesan yang sama, menghadirkan semangat kegembiraan dan keramahan dalam bentuk yang berbeda-beda.

Telingaan Aruu

Tradisi Suku dayak berikutnya yaitu Telingaan Aruu yang merupakan sebuah ritual tradisional yang sangat khas dari Etnis Dayak, di mana tradisi tersebut yaitu memanjangkan telinga dengan cara yang unik. 

Proses ini melibatkan penggunaan anting-anting berbentuk seperti gelang yang terbuat dari tembaga. Anting-anting dengan ukuran yang cukup besar ini dikenal dalam bahasa setempat sebagai “belaong”. 

Praktik ini tidak hanya sekedar memberikan dimensi estetika, tetapi juga memiliki nilai mendalam dalam konteks budaya Suku Dayak.

Kepercayaan Suku Dayak

suku dayak
@cdn1.katadata.co.id

Ketika melihat ke dalam dunia keagamaan suku Dayak, kita menemukan nuansa yang unik dan kaya dalam berbagai rumpunnya. Etnis Dayak Ngaju dan Ot Danum, misalnya, menghormati Tjilik Riwut sebagai agama leluhur mereka. 

Agama ini lebih dikenal sebagai Kaharingan, yang membawa ciri khas menarik dalam bentuk ritual ijambe. Ijambe adalah praktik pembakaran tulang dalam upacara pemakaman, memberikan dimensi spiritual yang mendalam.

Namun, jika kita melangkah ke dunia agama suku Dayak Banuaka, ceritanya sedikit berbeda. Agama leluhur mereka tidak mengenal konsep ijambe. 

Ini menegaskan keragaman keyakinan di antara berbagai rumpun Dayak. Tetapi justru dalam keragaman ini terpancar kekayaan budaya yang luar biasa.

Sementara itu, jika kita beralih ke masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan, kita akan menemui agama leluhur bernama Balian. Agama ini memberikan penekanan yang lebih kuat pada pesta panen dan upacara pertanian.

Ini mencerminkan keterikatan mendalam masyarakat dengan tanah dan siklus alam, sekaligus menunjukkan bagaimana agama-agama ini berkembang sesuai dengan kehidupan dan lingkungan yang melingkupi suku-suku Dayak.

Pandangan keagamaan dalam komunitas suku Dayak telah mengalami perubahan menarik seiring berjalannya waktu. Bila dahulu mayoritas mereka mengikuti agama Kaharingan, kini kita melihat pergeseran arus yang menarik.

Sejumlah besar masyarakat Dayak kini memilih untuk beralih ke agama Kekristenan, membawa perubahan signifikan dalam lanskap keagamaan.

Namun, sisi lain dari kisah ini mengungkapkan bahwa semangat Kaharingan masih berkobar dalam kalangan sebagian masyarakat Dayak. 

Meskipun proporsinya kurang dari 10% dari total populasi, mereka tetap teguh mempertahankan keyakinan mereka dalam agama Kaharingan. 

Kekuatan ketekunan ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan spiritual yang telah membentuk sejarah dan budaya mereka.

Menariknya, perkembangan ini juga menghasilkan fusi kepercayaan yang unik. Agama Kaharingan, meskipun dengan jumlah yang terbatas, telah tergabung dalam kategori agama Hindu, menghasilkan istilah baru “Hindu Kaharingan”.

Perkawinan ini antara tradisi Kaharingan dan elemen-elemen agama Hindu membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana agama dan budaya dapat berinteraksi dan bertransformasi seiring berjalannya waktu.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *